Dalam penulisan blog
saya, yang mebahas tetang etika berisi tentang pengertian apa itu etika dan kapan
kita mempalajarinya.
Kalau dibagi etika
menjadi beberapa jenis, maka etika menjadi 2 jenis :
1.
Etika Filosofis.
Etika filosofis secara
harfiah (fay overlay) dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan
berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika
sebenarnya adalah bagian dari filsafat
2. Etika Teologis.
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika
teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat
memiliki etika teologisnya masing-masingKedua, etika teologis merupakan bagian
dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat
dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara
umum.
Contoh kasus yang melanggar etika :
Penelitian yang Melanggar Etika
Etika
sangat berkaitan dengan apa yang salah dan apa yang benar. Seorang peneliti
harus mempertimbangkan apakah penelitian yang akan dilakukannya sesuai dengan
etika atau tidak. Berikut beberapa contoh penelitian yang melanggar etika:
a. Meminta
sejumlah siswa baru SMA untuk membuat perjanjian di mana mereka setuju untuk
berpartisipasi dalam sebuah penelitian.
b. Menanyakan
hal yang sensitif pada siswa kelas 1 SD tanpa meminta persetujuan orang tuanya
terlebih dahulu.
c. Menghapus
data penelitian yang telah dikumpulkan yang tidak mendukung hipotesisnya.
d. Meminta
mahasiswa untuk mengisi kuisioner tentang kehidupan pribadinya.
e. Mengikutsertakan
siswa kelas VIII untuk terlibat dalam penelitian yang mungkin akan mengganggu
psikologis anak tanpa memberi tahu orang tua mereka tentang resiko tersebut.
Setiap
contoh di atas mengandung satu atau lebih pelanggaran etika. Saat seorang
peneliti akan melakukan suatu penelitian, ia harus mempertimbangkan apakah akan
terjadi gangguan terhadap fisik maupun psikologis pada subjek dalam
penelitiannya. Hal ini –meskipun sering terlewatkan- sangat penting dalam
sebuah penelitian dan harus didiskusikan dengan seksama.
Pernyataan
Mengenai Prinsip Etika
Webster’s New World Dictionary
mendefinisikan etika sebagai “menyesuaikan dengan standar pelaksanaan profesi
atau grup tertentu”. Apa yang dimaksud dengan etika sebenarnya adalah suatu
kesepakatan di antara mereka (para professional, red). Beberapa tahun lalu Committee on Scientific and Professional
Ethics of The American Psychological Association menerbitkan daftar prinsip
etika penelitian dengan subjek manusia. Berikut beberapa prinsip yang berkaitan
dengan penelitian dalam bidang pendidikan.
a. Dalam
perencanaan penelitian, peneliti bertanggung jawab penuh untuk mengadakan
kajian awal mengenai hal-hal yang harus dipatuhi terkait dengan perlindungan
hak asasi peserta penelitian.
b. Memperhitungkan
apakah peserta penelitian yang sedang direncanakan akan menjadi “subject at risk” atau “subject at minimal risk” berdasarkan
standar-standar yang disepakati.
c. Peneliti
bertanggung jawab untuk memastikan penelitian dilaksanakan sesuai etika dan
bertanggung jawab terhadap perlakuan etis pada peserta dari mereka yang
terlibat dalam penelitian.
d. Kecuali
dalam penelitian beresiko rendah, peneliti hendaknya membuat kesepakatan yang
jelas dan adil dengan peserta penelitian. Peneliti menyampaikan pada peserta
seluruh aspek penelitian yang mungkin saja mempengaruhi kesediaan mereka untuk
berpartisipasi dalam penelitian tersebut. Bahkan penelitian yang melibatkan
anak-anak atau orang-orang yang memiliki kekurangan memerlukan prosedur
perlindungan khusus.
e. Kadang
kala suatu penelitian memerlukan diadakannya penyembunyian fakta atau penipuan.
Apabila seperti ini maka peneliti bertanggung jawab untuk memastikan apakah ini
dibenarkan, apakah terdapat solusi lain, dan memberikan penjelasan yang memadai
pada peserta sesegera mungkin.
f. Peneliti
menghargai hak peserta penelitian untuk sewaktu-waktu mengundurkan diri dari
keikutsertaannya.
g. Peneliti
melindungi peserta penelitian dari segala bentuk ketidaknyamanan fisik dan
mental, kerugian, maupun bahaya yang mungkin timbul dalam penelitian.
h. Setelah
data dikumpulkan, peneliti memberikan informasi tentang penelitiannya dan
menjernihkan kesalahpahaman yang mungkin terjadi selama penelitian.
i.
Ketika prosedur penelitian menyebabkan
akibat yang tidak diinginkan peserta, peneliti bertanggung jawab untuk
mendeteksi dan menghilangkan atau memperbaikinya, termasuk efek jangka panjang.
j.
Informasi yang diperoleh selama
penelitian bersifat rahasia kecuali telah ada kesepatakan sebelumnya.
Pernyataan-pernyataan
di atas menunjukkan tiga hal penting yang peneliti harus perhatikan: melindungi
peserta dari kerugian, memastikan kerahasiaan data penelitian, dan pertanyaan
mengenai penipuan subjek.
Melindungi Peserta dari
Kerugian
Tanggung jawab yang sangat penting bagi
peneliti adalah melindungi peserta penelitian dari segala bentuk
ketidaknyamanan fisik dan mental, kerugian, maupun bahaya yang mungkin timbul
dalam penelitian. Ini merupakan etika paling penting dan penelitian yang
melanggarnya sebaiknya tidak dilaksanakan, kecuali berpotensi memberikan
informasi yang manfaat luar biasa bagi manusia. Meski demikian, peserta harus
diberitahu secara jelas tentang bahaya yang mungkin terjadi. Bahkan tanggung
jawab yang lebih jauh yaitu memperoleh persetujuan tertulis dari peserta.
Untungnya, hampir seluruh penelitian
pendidikan melibatkan aktivitas yang lazim, prosedur umum dari sekolah atau
lembaga lain tidak atau hanya menimbulkan resiko yang kecil.
Memastikan Kerahasiaan
Data Penelitian
Ketika data telah selesai dikumpulkan,
peneliti harus memastikan tidak ada orang yang dapat mengakses data kecuali
beberapa pihak seperti asisten peneletian. Hal ini bisa dilakukan dengan
mengubah identitas peserta menjadi angka atau tidak meminta peserta menyebutkan
identitasnya sama sekali. Akan tetapi dalam beberapa kasus, identitas peserta
diperlukan dalam penelitian. Jika demikian, maka sistem jalur informasi harus
dijaga ketat.
Peserta berhak diberi jaminan
kerahasiaan datanya dan namanya tidak akan dipublikasikan dalam penjelasan
penelitian. Bahkan mereka berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian atau
meminta datanya tidak digunakan.
Kapan (Jika Seandainya)
Penipuan Peserta Dibenarkan?
Penipuan sebenarnya merupakan hal yang
sukar. Kadang kala penelitian sulit dilakukan kecuali ada unsur penipuan di
dalamnya. Misalnya untuk mengkondisikan siswa dalam kondisi tertentu, akan
lebih mudah bagi peneliti mengamati akibat perlakukan tersebut jika guru
bekerja sama. Kasus yang paling dikenal yaitu penelitian Milgram tentang
kepatuhan. Dalam penelitian tersebut, peserta ditempatkan dalam satu ruangan
kemudian diminta memberikan kejutan listrik yang terus ditingkatkan pada objek
yang duduk di belakang layar. Yang tidak mereka ketahui adalah sebenarnya
individu yang berada di belakang layar tersebut adalah rekan dari peneliti dan
tidak kejutan listrik yang ditransfer ke individu tersebut.
Variabel yang diteliti adalah level
kejutan listrik yang mereka berikan sampai akhirnya mereka berhenti. Dua puluh
enam dari empat puluh orang memberikan kejutan listrik sampai batas maksimal,
yakni 450 volt. Publikasi dari penelitian ini memimbulkan kontroversi. Banyak
orang yang mengganggap penelitian ini melanggar etika. Bukan hanya unsur
penipuan tetapi juga kerugian yang dialami peserta karena menderita secara
emosional dari apa yang mereke piker telah mereka lakukan.
Petunjuk profesional terkini sebagai
berikut:
Ø Bila
memungkinkan, peneliti berusaha untuk tidak ada unsur penipuan dalam
penelitiannya.
Ø Jika
tidak ada alternatif lain, peneliti harus mempertimbangkan apakah penggunaan
penipuan itu dibenarkan dari sudut pendang keilmuan, pendidikan, nilai-nilai
terapan.
Ø Jika
dilakukan penipuan terhadap peserta, peneliti harus memastikan akan adanya
pemberitahuan informasi yang memadai kepada partisipan.
Tiga
Contoh Penelitian yang Melibatkan Kepentingan Etika
Kasus 1.
Peneliti berencana mengamati 40 kelas untuk delapan pertemuan yang
masing-masing berdurasi 40 menit. Tujuan dari pengamatan ini adalah menemukan
hubungan antara perilaku siswa dengan perilaku yang dicontohkan dari guru.
Kemungkinan kerugian bagi peserta.
Penelitian ini tidak akan memberikan kerugian bagi peserta. Baik guru maupun
siswa tidak terkena resiko apapun dan pengamatan seperti ini diterima sebagai
salah satu kegiatan sekolah.
Kerahasiaan Data Penelitian.
Satu-satunya hal yang mungkin terjadi adalah jika ternyata dalam pembelajaran
guru memperlihatkan perilaku yang kurang beretika (misalnya melakukan
kekerasan). Peneliti sebenarnya berhak untuk melaporkan insiden tersebut tetapi
hal ini akan menjadi dilema terkait dengan prinsip kerahasiaan data.
Penipuan.
Dalam penelitian ini, peneliti seharusnya memberitahukan secara jelas kepada
guru yang diamatinya mengenai alasan atau tujuan penelitian. Akan tetapi
informasi tersebut dapat membuat kegiatan pembelajaran menjadi kurang alami.
Dengan demikian peneliti dapat memilih untuk menjelaskan bahwa pengamatan ini
bertujuan untuk meneliti perbedaan gaya mengajar, tanpa menjelaskan lebih
rinci. Ini tidak termasuk kategori pelanggaran etika. Solusi lainnya yaitu
menjelaskan pada guru bahwa tujuan penelitian tidak dapat diberitahu sampai
semua data dikumpulkan. Tetapi cara ini mungkin akan membuat guru mengundurkan
diri dari keikutsertaannya.
Kasus 2.
Peneliti ingin mempelajari manfaat dari loka karya pencegahan bunuh diri di
kalangan siswa SMA. Loka karya tersebut terdiri dari 3 x 2 jam pertemuan di
mana didiskusikan hal-hal mengenai sinyal bahaya, penyebab bunuh diri, dan
komunitas yang menyediakan konseling. Para siswa diminta secara suka rela dan
setengah dari mereka akan dijadikan grup pembanding yang tidak akan mengikuti
loka karya. Hasil penelitian berupa perbandingan informasi yang dipelajari dan
sikap antara mereka yang mengikuti dan tidak mengikuti loka karya.
Kemungkinan kerugian bagi peserta.
Apakah penelitian ini melanggar kategori ini atu tidak bergantung pada seberapa
‘tidak normal’ perilaku bunuh diri ini di sekolah yang bersangkutan. Di
kebanyakan sekolah, kemungkinan hal ini akan dianggap tidak normal. Bahkan
materi yang disajikan mungkin akan membahayakan siswa karena reaksi dari
guncangan emosi. Selain itu peneliti harus memperoleh persetujuan orang tua
siswa yang akan berpartisipasi.
Kerahasiaan Data Penelitian.
Tidak ada permasalahan dengan kategori ini, tetapi kerahasiaan tentang apa yang
terjadi selama loka karya tidak dapat dijamin.
Penipuan.
Tidak ada indikasi.
Kasus 3.
Peneliti ingin mempelajari efek dari ‘gagal’ dan ‘sukses’ dengan cara mengajari
siswa kemampuan motorik selama 6 x 10 menit kegiatan pendahuluan pembelajaran.
Setelah setiap latihan, siswa akan dibagi secara acak menjadi dua kelompok
yakni kelompok yang diberitahu bahwa mereka ‘gagal’ dan kelompok yang
diberitahu mereka ‘sukses’. Sedangkan hasil sebenarnya tidak akan digunakan.
Kemungkinan kerugian bagi peserta.
Penelitian ini menunjukkan beberapa permasalahan. Sebagian siswa dalam kelompok
‘gagal’ mungkin akan mengalami tekanan mental. Meskipun siswa memang biasanya
diberitahu tentang hasil tesnya, tetapi bagi beberapa di antaranya hal ini
mungkin sangat bertolak belakang dari apa yang selama ini mereka alami. Sedangkan
peneliti tidak dapat memberi tahu sepenuhnya tentang penelitian ini baik pada
siswa maupun orang tuanya karena hal ini dapat menggagalkan tujuan penelitian.
Kerahasiaan Data Penelitian.
Kerahasiaan tidak terkait dengan penelitian ini.
Penipuan.
Jelas penipuan merupakan hal yang paling utama di kasus ini. Salah satu
alternatif yang mungkin yaitu mendasari pembagian kelompok berdasarkan hasil
sebenarnya. Kesulitannya yaitu pengalaman sebelumnya dari setiap siswa akan
sangat mempengaruhi prestasi dan timbal balik mereka, sehingga mengacaukan
hasil. Beberapa, tetapi mungkin tidak semua variabel tersebut dapat dikontrol
dengan mempelajari arsip sekolah sebagai data masa lampau atau dengan
mengadakan pre-tes. Alternatif lainnya yaitu dengan melemahkan perlakuan
percobaan dengan menurunkan tekanan mental (misalnya mengatakan pada kelompok
‘gagal’, “kamu hanya tidak melakukan sebaik yang lain”) atau mengurangi latihan
menjadi satu jam pelajaran. Kedua alternatif tersebut akan menurunkan
kemungkinan munculnya permasalahan lain.
Penelitian
dengan Anak-Anak
Penelitian yang melibatkan anak-anak
memiliki beberapa hal khusus yang harus diperhatikan. Anak-anak lebih rentan
dalam beberapa aspek, memiliki lebih sedikit hak, dan mungkin belum memahami
bahasa dari surat persetujuan. Berikut beberapa aturan khusus yang perlu
dipertimbangkan.
·
Keterangan persetujuan dari orang tua
atau wali diperlukan untuk peserta di bawah umur. Mereka harus diberi informasi
yang diperlukan dalam bahasa yang sesuai dan memiliki hak untuk menolak.
·
Peneliti tidak membawakan dirinya
sebagai konselor dalam melaporkan hasil penelitiannya pada orang tua.
·
Anak-anak tidak boleh dipaksa untuk
berpartisipasi dalam penelitian.
·
Segala bentuk bayaran untuk anak-anak
tidak mempengaruhi akan penerapan aturan-aturan etika.
Peraturan
Penelitian
Peraturan
yang paling berpengaruh adalah National
Research Act pada tahun 1947. Peraturan ini menetapkan seluruh institusi
penelitian yang menerima pendanaan untuk menyusun institutional review boards (IRBs) untuk mereview dan menyetujui
proyek penelitian. Dalam kasus pendanaan pemerintah, kegagalan untuk
menyusunnya dapat berakibat seluruh institusi (misalnya sebuah universitas)
akan kehilangan seluruh dukungan pemerintah.
Pada
institusi yang menerima pendanaan pemerintah, semua peneliti yang terlibat yang
berencana melaksanakan penelitian dengan subjek manusia harus lulus pelatihan
penelitian online yang dilaksanakan
oleh National Institutes of Health (NIH)
atau Collaborative Institutional Training
Initiative (CITI). Saat pelatihan telah diselesaikan, laporan
penyelesaiannya berlaku untuk 3 tahun.
Kecurangan
Akademik dan Plagiarisme
Sebagian besar pendidik percaya bahwa internet telah memfasilitasi siswa untuk
melakukan kecurangan (mencontek) dan plagiarisme malaui akses yang mudah ke
sumber-sumber elektronik. Plagiarisme –tindakan menyajikan karya orang lain
sebagai karya seseorang yang lain- lebih sulit dilakukan dan untuk dihentikan. Berdasarkan
pengalaman, dipercaya bahwa sejumlah siswa melakukan plagiarisme tanpa menyadarinya. Mereka tidak
mengetahui peraturan yang berlaku berkaitan dengan penggunaan kutipan yang
benar dais umber yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Petunjuk yang
mudah untuk menghindari plagiarisme antara lain:
(1) tidak
menggunakan kata-kata orang lain tanpa memberi referensi sumber atau mengutip
informasi sebagai kutipan langsung, dan
(2) jangan
menggunakan pemikiran orang lain tanpa mengutip sumbernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar