Rabu, 02 April 2014

Jenis etika dan contoh kasus

Dalam penulisan blog saya, yang mebahas tetang etika berisi tentang pengertian apa itu etika dan kapan kita mempalajarinya.
Kalau dibagi etika menjadi beberapa jenis, maka etika menjadi 2 jenis :
1.      Etika Filosofis.
Etika filosofis secara harfiah (fay overlay) dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat
2.      Etika Teologis.
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masingKedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.
Contoh kasus yang melanggar etika :
Penelitian yang Melanggar Etika
Etika sangat berkaitan dengan apa yang salah dan apa yang benar. Seorang peneliti harus mempertimbangkan apakah penelitian yang akan dilakukannya sesuai dengan etika atau tidak. Berikut beberapa contoh penelitian yang melanggar etika:
a.       Meminta sejumlah siswa baru SMA untuk membuat perjanjian di mana mereka setuju untuk berpartisipasi dalam sebuah penelitian.
b.      Menanyakan hal yang sensitif pada siswa kelas 1 SD tanpa meminta persetujuan orang tuanya terlebih dahulu.
c.       Menghapus data penelitian yang telah dikumpulkan yang tidak mendukung hipotesisnya.
d.      Meminta mahasiswa untuk mengisi kuisioner tentang kehidupan pribadinya.
e.       Mengikutsertakan siswa kelas VIII untuk terlibat dalam penelitian yang mungkin akan mengganggu psikologis anak tanpa memberi tahu orang tua mereka tentang resiko tersebut.
Setiap contoh di atas mengandung satu atau lebih pelanggaran etika. Saat seorang peneliti akan melakukan suatu penelitian, ia harus mempertimbangkan apakah akan terjadi gangguan terhadap fisik maupun psikologis pada subjek dalam penelitiannya. Hal ini –meskipun sering terlewatkan- sangat penting dalam sebuah penelitian dan harus didiskusikan dengan seksama.
Pernyataan Mengenai Prinsip Etika
Webster’s New World Dictionary mendefinisikan etika sebagai “menyesuaikan dengan standar pelaksanaan profesi atau grup tertentu”. Apa yang dimaksud dengan etika sebenarnya adalah suatu kesepakatan di antara mereka (para professional, red). Beberapa tahun lalu Committee on Scientific and Professional Ethics of The American Psychological Association menerbitkan daftar prinsip etika penelitian dengan subjek manusia. Berikut beberapa prinsip yang berkaitan dengan penelitian dalam bidang pendidikan.
a.       Dalam perencanaan penelitian, peneliti bertanggung jawab penuh untuk mengadakan kajian awal mengenai hal-hal yang harus dipatuhi terkait dengan perlindungan hak asasi peserta penelitian.
b.      Memperhitungkan apakah peserta penelitian yang sedang direncanakan akan menjadi “subject at risk” atau “subject at minimal risk” berdasarkan standar-standar yang disepakati.
c.       Peneliti bertanggung jawab untuk memastikan penelitian dilaksanakan sesuai etika dan bertanggung jawab terhadap perlakuan etis pada peserta dari mereka yang terlibat dalam penelitian.
d.      Kecuali dalam penelitian beresiko rendah, peneliti hendaknya membuat kesepakatan yang jelas dan adil dengan peserta penelitian. Peneliti menyampaikan pada peserta seluruh aspek penelitian yang mungkin saja mempengaruhi kesediaan mereka untuk berpartisipasi dalam penelitian tersebut. Bahkan penelitian yang melibatkan anak-anak atau orang-orang yang memiliki kekurangan memerlukan prosedur perlindungan khusus.
e.       Kadang kala suatu penelitian memerlukan diadakannya penyembunyian fakta atau penipuan. Apabila seperti ini maka peneliti bertanggung jawab untuk memastikan apakah ini dibenarkan, apakah terdapat solusi lain, dan memberikan penjelasan yang memadai pada peserta sesegera mungkin.
f.       Peneliti menghargai hak peserta penelitian untuk sewaktu-waktu mengundurkan diri dari keikutsertaannya.
g.      Peneliti melindungi peserta penelitian dari segala bentuk ketidaknyamanan fisik dan mental, kerugian, maupun bahaya yang mungkin timbul dalam penelitian.
h.      Setelah data dikumpulkan, peneliti memberikan informasi tentang penelitiannya dan menjernihkan kesalahpahaman yang mungkin terjadi selama penelitian.
i.        Ketika prosedur penelitian menyebabkan akibat yang tidak diinginkan peserta, peneliti bertanggung jawab untuk mendeteksi dan menghilangkan atau memperbaikinya, termasuk efek jangka panjang.
j.        Informasi yang diperoleh selama penelitian bersifat rahasia kecuali telah ada kesepatakan sebelumnya.
Pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan tiga hal penting yang peneliti harus perhatikan: melindungi peserta dari kerugian, memastikan kerahasiaan data penelitian, dan pertanyaan mengenai penipuan subjek.
Melindungi Peserta dari Kerugian
Tanggung jawab yang sangat penting bagi peneliti adalah melindungi peserta penelitian dari segala bentuk ketidaknyamanan fisik dan mental, kerugian, maupun bahaya yang mungkin timbul dalam penelitian. Ini merupakan etika paling penting dan penelitian yang melanggarnya sebaiknya tidak dilaksanakan, kecuali berpotensi memberikan informasi yang manfaat luar biasa bagi manusia. Meski demikian, peserta harus diberitahu secara jelas tentang bahaya yang mungkin terjadi. Bahkan tanggung jawab yang lebih jauh yaitu memperoleh persetujuan tertulis dari peserta.
Untungnya, hampir seluruh penelitian pendidikan melibatkan aktivitas yang lazim, prosedur umum dari sekolah atau lembaga lain tidak atau hanya menimbulkan resiko yang kecil.

Memastikan Kerahasiaan Data Penelitian
Ketika data telah selesai dikumpulkan, peneliti harus memastikan tidak ada orang yang dapat mengakses data kecuali beberapa pihak seperti asisten peneletian. Hal ini bisa dilakukan dengan mengubah identitas peserta menjadi angka atau tidak meminta peserta menyebutkan identitasnya sama sekali. Akan tetapi dalam beberapa kasus, identitas peserta diperlukan dalam penelitian. Jika demikian, maka sistem jalur informasi harus dijaga ketat.
Peserta berhak diberi jaminan kerahasiaan datanya dan namanya tidak akan dipublikasikan dalam penjelasan penelitian. Bahkan mereka berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian atau meminta datanya tidak digunakan.

Kapan (Jika Seandainya) Penipuan Peserta Dibenarkan?
Penipuan sebenarnya merupakan hal yang sukar. Kadang kala penelitian sulit dilakukan kecuali ada unsur penipuan di dalamnya. Misalnya untuk mengkondisikan siswa dalam kondisi tertentu, akan lebih mudah bagi peneliti mengamati akibat perlakukan tersebut jika guru bekerja sama. Kasus yang paling dikenal yaitu penelitian Milgram tentang kepatuhan. Dalam penelitian tersebut, peserta ditempatkan dalam satu ruangan kemudian diminta memberikan kejutan listrik yang terus ditingkatkan pada objek yang duduk di belakang layar. Yang tidak mereka ketahui adalah sebenarnya individu yang berada di belakang layar tersebut adalah rekan dari peneliti dan tidak kejutan listrik yang ditransfer ke individu tersebut.
Variabel yang diteliti adalah level kejutan listrik yang mereka berikan sampai akhirnya mereka berhenti. Dua puluh enam dari empat puluh orang memberikan kejutan listrik sampai batas maksimal, yakni 450 volt. Publikasi dari penelitian ini memimbulkan kontroversi. Banyak orang yang mengganggap penelitian ini melanggar etika. Bukan hanya unsur penipuan tetapi juga kerugian yang dialami peserta karena menderita secara emosional dari apa yang mereke piker telah mereka lakukan.
Petunjuk profesional terkini sebagai berikut:
Ø  Bila memungkinkan, peneliti berusaha untuk tidak ada unsur penipuan dalam penelitiannya.
Ø  Jika tidak ada alternatif lain, peneliti harus mempertimbangkan apakah penggunaan penipuan itu dibenarkan dari sudut pendang keilmuan, pendidikan, nilai-nilai terapan.
Ø  Jika dilakukan penipuan terhadap peserta, peneliti harus memastikan akan adanya pemberitahuan informasi yang memadai kepada partisipan.

Tiga Contoh Penelitian yang Melibatkan Kepentingan Etika
Kasus 1. Peneliti berencana mengamati 40 kelas untuk delapan pertemuan yang masing-masing berdurasi 40 menit. Tujuan dari pengamatan ini adalah menemukan hubungan antara perilaku siswa dengan perilaku yang dicontohkan dari guru.
Kemungkinan kerugian bagi peserta. Penelitian ini tidak akan memberikan kerugian bagi peserta. Baik guru maupun siswa tidak terkena resiko apapun dan pengamatan seperti ini diterima sebagai salah satu kegiatan sekolah.
Kerahasiaan Data Penelitian. Satu-satunya hal yang mungkin terjadi adalah jika ternyata dalam pembelajaran guru memperlihatkan perilaku yang kurang beretika (misalnya melakukan kekerasan). Peneliti sebenarnya berhak untuk melaporkan insiden tersebut tetapi hal ini akan menjadi dilema terkait dengan prinsip kerahasiaan data.
Penipuan. Dalam penelitian ini, peneliti seharusnya memberitahukan secara jelas kepada guru yang diamatinya mengenai alasan atau tujuan penelitian. Akan tetapi informasi tersebut dapat membuat kegiatan pembelajaran menjadi kurang alami. Dengan demikian peneliti dapat memilih untuk menjelaskan bahwa pengamatan ini bertujuan untuk meneliti perbedaan gaya mengajar, tanpa menjelaskan lebih rinci. Ini tidak termasuk kategori pelanggaran etika. Solusi lainnya yaitu menjelaskan pada guru bahwa tujuan penelitian tidak dapat diberitahu sampai semua data dikumpulkan. Tetapi cara ini mungkin akan membuat guru mengundurkan diri dari keikutsertaannya.

Kasus 2. Peneliti ingin mempelajari manfaat dari loka karya pencegahan bunuh diri di kalangan siswa SMA. Loka karya tersebut terdiri dari 3 x 2 jam pertemuan di mana didiskusikan hal-hal mengenai sinyal bahaya, penyebab bunuh diri, dan komunitas yang menyediakan konseling. Para siswa diminta secara suka rela dan setengah dari mereka akan dijadikan grup pembanding yang tidak akan mengikuti loka karya. Hasil penelitian berupa perbandingan informasi yang dipelajari dan sikap antara mereka yang mengikuti dan tidak mengikuti loka karya.
Kemungkinan kerugian bagi peserta. Apakah penelitian ini melanggar kategori ini atu tidak bergantung pada seberapa ‘tidak normal’ perilaku bunuh diri ini di sekolah yang bersangkutan. Di kebanyakan sekolah, kemungkinan hal ini akan dianggap tidak normal. Bahkan materi yang disajikan mungkin akan membahayakan siswa karena reaksi dari guncangan emosi. Selain itu peneliti harus memperoleh persetujuan orang tua siswa yang akan berpartisipasi.
Kerahasiaan Data Penelitian. Tidak ada permasalahan dengan kategori ini, tetapi kerahasiaan tentang apa yang terjadi selama loka karya tidak dapat dijamin.
Penipuan. Tidak ada indikasi.

Kasus 3. Peneliti ingin mempelajari efek dari ‘gagal’ dan ‘sukses’ dengan cara mengajari siswa kemampuan motorik selama 6 x 10 menit kegiatan pendahuluan pembelajaran. Setelah setiap latihan, siswa akan dibagi secara acak menjadi dua kelompok yakni kelompok yang diberitahu bahwa mereka ‘gagal’ dan kelompok yang diberitahu mereka ‘sukses’. Sedangkan hasil sebenarnya tidak akan digunakan.
Kemungkinan kerugian bagi peserta. Penelitian ini menunjukkan beberapa permasalahan. Sebagian siswa dalam kelompok ‘gagal’ mungkin akan mengalami tekanan mental. Meskipun siswa memang biasanya diberitahu tentang hasil tesnya, tetapi bagi beberapa di antaranya hal ini mungkin sangat bertolak belakang dari apa yang selama ini mereka alami. Sedangkan peneliti tidak dapat memberi tahu sepenuhnya tentang penelitian ini baik pada siswa maupun orang tuanya karena hal ini dapat menggagalkan tujuan penelitian.
Kerahasiaan Data Penelitian. Kerahasiaan tidak terkait dengan penelitian ini.
Penipuan. Jelas penipuan merupakan hal yang paling utama di kasus ini. Salah satu alternatif yang mungkin yaitu mendasari pembagian kelompok berdasarkan hasil sebenarnya. Kesulitannya yaitu pengalaman sebelumnya dari setiap siswa akan sangat mempengaruhi prestasi dan timbal balik mereka, sehingga mengacaukan hasil. Beberapa, tetapi mungkin tidak semua variabel tersebut dapat dikontrol dengan mempelajari arsip sekolah sebagai data masa lampau atau dengan mengadakan pre-tes. Alternatif lainnya yaitu dengan melemahkan perlakuan percobaan dengan menurunkan tekanan mental (misalnya mengatakan pada kelompok ‘gagal’, “kamu hanya tidak melakukan sebaik yang lain”) atau mengurangi latihan menjadi satu jam pelajaran. Kedua alternatif tersebut akan menurunkan kemungkinan munculnya permasalahan lain.

Penelitian dengan Anak-Anak
Penelitian yang melibatkan anak-anak memiliki beberapa hal khusus yang harus diperhatikan. Anak-anak lebih rentan dalam beberapa aspek, memiliki lebih sedikit hak, dan mungkin belum memahami bahasa dari surat persetujuan. Berikut beberapa aturan khusus yang perlu dipertimbangkan.
·         Keterangan persetujuan dari orang tua atau wali diperlukan untuk peserta di bawah umur. Mereka harus diberi informasi yang diperlukan dalam bahasa yang sesuai dan memiliki hak untuk menolak.
·         Peneliti tidak membawakan dirinya sebagai konselor dalam melaporkan hasil penelitiannya pada orang tua.
·         Anak-anak tidak boleh dipaksa untuk berpartisipasi dalam penelitian.
·         Segala bentuk bayaran untuk anak-anak tidak mempengaruhi akan penerapan aturan-aturan etika.

Peraturan Penelitian
Peraturan yang paling berpengaruh adalah National Research Act pada tahun 1947. Peraturan ini menetapkan seluruh institusi penelitian yang menerima pendanaan untuk menyusun institutional review boards (IRBs) untuk mereview dan menyetujui proyek penelitian. Dalam kasus pendanaan pemerintah, kegagalan untuk menyusunnya dapat berakibat seluruh institusi (misalnya sebuah universitas) akan kehilangan seluruh dukungan pemerintah.
Pada institusi yang menerima pendanaan pemerintah, semua peneliti yang terlibat yang berencana melaksanakan penelitian dengan subjek manusia harus lulus pelatihan penelitian online yang dilaksanakan oleh National Institutes of Health (NIH) atau Collaborative Institutional Training Initiative (CITI). Saat pelatihan telah diselesaikan, laporan penyelesaiannya berlaku untuk 3 tahun.
Kecurangan Akademik dan Plagiarisme
Sebagian besar pendidik percaya bahwa internet telah memfasilitasi siswa untuk melakukan kecurangan (mencontek) dan plagiarisme malaui akses yang mudah ke sumber-sumber elektronik. Plagiarisme –tindakan menyajikan karya orang lain sebagai karya seseorang yang lain- lebih sulit dilakukan dan untuk dihentikan. Berdasarkan pengalaman, dipercaya bahwa sejumlah siswa melakukan plagiarisme tanpa menyadarinya. Mereka tidak mengetahui peraturan yang berlaku berkaitan dengan penggunaan kutipan yang benar dais umber yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Petunjuk yang mudah untuk menghindari plagiarisme antara lain:
(1)        tidak menggunakan kata-kata orang lain tanpa memberi referensi sumber atau mengutip informasi sebagai kutipan langsung, dan
(2)        jangan menggunakan pemikiran orang lain tanpa mengutip sumbernya.  

Sumber 12


Tidak ada komentar:

Posting Komentar